Pengantar [Tipu-tipu di balik Pembatasan Subsidi BBM]
Kamis, 24 Maret 2011
Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Pembaca yang budiman, Pemerintah kembali berencana mengeluarkan kebijakan anti rakyat. Kali ini kebijakan tersebut bertajuk: Pembatasan BBM Bersubsidi. Intinya, sebagian rakyat, yakni kalangan menengah ke atas, didorong untuk membeli pertamax (BBM non-subsidi), dan tidak membeli premium (BBM bersubsidi). Kebijakan ini memang tidak tampak seperti kebijakan anti rakyat. Sebab, kebijakan ini selintas tampak sekadar ingin agar BBM bersubsidi ini hanya dinikmati rakyat menengah ke bawah, dan tidak turut dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Paling tidak, itulah salah satu alasan Pemerintah.
Faktanya tidaklah begitu. Jutaan pemilik sepeda motor, misalnya, yang rata-rata dari kalangan menengah ke bawah, memang masih dibolehkan membeli BBM bersubsidi. Namun, kendaraan bermotor tentu tidak hanya yang beroda dua, tetapi juga terdiri dari kendaraan khusus, mobil bus dan mobil beban/penumpang yang jumlahnya juga bejibun. Lebih dari 80 persen dari kendaraan tersebut ternyata merupakan sarana produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Artinya, kendaraan tersebut digunakan masyarakat untuk bekerja dan berproduksi. Dengan demikian, jika ada peralihan dari premium seharga Rp 4.500 ke Pertamax yang harganya sekitar Rp 6.900 perliter saja, akan ada kenaikan Rp 2.400 perliter yang harus ditanggung masyarakat. Padahal saat ini, akibat gejolak pasar internasional, harga pertamax telah melambung mendekati Rp 8.000 perliter. Bisa dibayangkan, betapa beratnya beban masyarakat. Di sisi lain, justru kebijakan ini malah akan menguntungkan pihak asing di sektor hilir. Merekalah yang paling banyak menangguk keuntungan dari kebijakan ini.
Karena itu, mau tidak mau, kita berkesimpulan bahwa kebijakan di atas sesungguhnya hanyalah bagian dari rangkaian kebijakan liberalisasi di sektor migas di negeri ini, yang memang merupakan amanat UU Migas, yang tidak lain merupakan pesanan (baca: tekanan) lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia.
Al-Wa’ie kali ini berusaha mengelaborasi sekaligus mengkritisi kebijakan pembatasan BBM bersubsidi yang penuh tipu-tipu ini. Selain itu, tentu dipaparkan pula solusinya menurut Islam. Di seputar itulah tema utama al-Wai’ie kali ini, selain bahasan menarik lainnya. Selamat membaca!
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
0 komentar:
Posting Komentar